Automatic Contraflow System


Permasalahan kemacetan di Indonesia 

Kembali lagi berdiskusi mengenai kemacetan di Indonesia. Kali ini, penulis akan membahas lebih dalam mengenai kemacetan. Di Indonesia, kemacetan biasanya dijumpai pada kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dll. Salah satu faktor yang akan dibahas lebih lanjut adalah faktor waktu. Maksud dari faktor waktu disini adalah kemacetan yang terjadi pada waktu tertentu. Kemacetan yang seperti ini biasanya disebabkan oleh kejadian tertentu seperti berangkat kerja, pulang kerja, pembenahan jalan, dll. Oleh karena itu, sering sekali terlihat saat waktu-waktu tertentu bahwa jalanan hanya macet pada satu arus, sedangkan arus yang berlawanan sangatlah longgar. Contoh saja saat berangkat kerja, pastinya jalur yang searah dengan tempat kerja dipadati oleh kendaraan bermotor, sedangkan jalur menuju rumah pasti sepi. Alhasil, disini penulis ingin meningkatkan efisiensi dua jalur berlawanan arah dengan konsep contraflow. 

Apa itu Contraflow?

Contraflow adalah pengalihan jalan pada suatu jalur ke jalur yang memiliki arus berlawanan. Contraflow atau lawan arus digunakan untuk beberapa hal, contohnya untuk ambulans, saat ada perbaikan jalan, maupun saat kemacetan. Konsep contraflow ini sangatlah membantu ketika satu jalur sangat padat sedangkan jalur berlawanan sepi. Akan tetapi, penerapan contraflow di Indonesia masih manual. Untuk saat ini, khususnya di Indonesia, pylon diletakkan pada jalur yang berlawanan satu per satu. Sebenarnya sudah ada truk khusus untuk meletakkan pylon, tetapi penulis rasa cara ini masih kurang efektif dan tidak praktis.

Automatic Contraflow System 

Untuk memaksimalkan efisiensi, penulis menemukan solusi yaitu dengan mengotomatisasi contraflow ini. Daripada meletakkan pylon dan mengambilnya lagi saat sudah tidak digunakan, lebih baik menanam pylon pada jalan yang dapat naik dan turun. Saat kedua jalanan tidak macet, maka tinggi pylon sama dengan permukaan aspal, sedangkan saat salah satu jalur sedang padat, maka pylon pada jalur yang sepi akan naik sebagai pembatas. Penanaman pylon otomatis ini hanya dilakukan pada jalur yang terdekat dengan pembatas jalan yang di tengah. Pemasangan pylon ini juga hanya akan dilakukan pada jalan yang memiliki lebih dari satu jalur untuk masing-masing arah, karena kalau masing-masing arah hanya ada satu jalur, jadinya one-way system. Jarak antar pylon juga harus sesedikit mungkin tetapi seaman mungkin. Lalu, pada pembatas jalan yang ditengah, setiap beberapa ratus meter, harus diganti dengan palang otomatis dan dibuatkan jalur agar mobil dapat lewat. 


Pylon otomatis tentunya perlu memiliki beberapa fitur agar dapat bekerja sesuai dengan harapan. Pertama, agar dapat berfungsi, alat ini perlu sumber tenaga. Sumber tenaga bisa didapat dengan mengubah energi kinetik pada mobil menjadi energi yang tersimpan pada baterai. Konsep ini persis seperti trotoar kinetik yang dibuat oleh pavegen. Bedanya, pavegen menggunakan energi kinetik dari manusia berjalan menjadi energi listrik. Disini penulis ingin menerapkan konsep itu pada skala yang lebih besar. Tentunya dengan menggunakan energi kinetik mobil yang jauh lebih besar, energi yang diubah jauh lebih besar juga. Fitur kedua yang diperlukan pada pylon adalah sistem hidrolik ataupun pneumatik untuk mengangkat pylon. Lalu, pylon tentunya perlu dilengkapi dengan sensor-sensor sebagai parameter unguk menentukan kapan harus naik, kapan harus turun, dll. Sensor ini yang akan memungkinkan pylon ini untuk dioperasikan dari jarak jauh, sehingga petugas lalu lintas tidak perlu datang ke tempat. 

Sistem ini perlu dilengkapi dengan kamera untuk mengawasi jumlah kendaraan pada jalur tertentu. Data yang diterima dari kamera dapat digunakan untuk membantu sistem menentukan pylon mana yang perlu dinaikkan dan palang mana yang perlu dibuka. Menurut penulis, sistem ini sebaiknya dioperasikan dengan otomatis dan diawasi manusia, karena ditakutkan terjadinya kesalahan sistem yang akibatnya fatal. Untuk masalah keselamatan saat pylon dinaikkan, diperlukan peringatan beberapa ratus meter sebelum pengangkatan pylon pertama agar pengendara yang ada pada jalur pylon minggir dan melambat. Peringatan ini sebaiknya disambungkan dengan sistem agar tampilannya otomatis.

Diagram Cara Kerja Automatic Contraflow




Skema Automatic Contraflow









Kesimpulan 

Diharapkan dengan diterapkannya sistem otomatisasi contraflow seperti yang telah dijelaskan, jalan yang ada dapat digunakan secara maksimal. Tentunya penerapan sistem ini tidak mungkin diterapkan pada seluruh jalan, sistem ini hanya akan berfungsi secara maksimal pada jalan yang memiliki banyak jalur, rawan macet dan kemacetannya tergantung waktu. Pembukaan jalur contraflow akan memungkinkan pengendara untuk menghindari macet tanpa harus berbalik arah. Sistem ini tentunya memiliki kelemahan, yaitu penerapannya tentunya membutuhkan waktu yang lama dan lumayan ribet, sedangkan untuk biayanya bisa dibilang tergantung pada bahan yang digunakan. Yang jelas, sistem ini akan memudahkan pekerja lalu lintas, sudah tidak perlu menata pylon, tetapi di sisi lain juga bisa merugikan pekerja karena kehilangan pekerjaan. Sekian ide penulis pada blog ini, sampai ketemu di blog berikutnya. :)

Referensi

https://www.ovoenergy.com/blog/technology-and-innovation/kinetic-pavements-are-giving-a-whole-new-meaning-to-power-walking.html 

Comments

Popular posts from this blog

Kemacetan Indonesia - Bukan masalah yang sepele

TINKERCAD: The Introduction

Need-Know-How-Solve Kabel Baja Konstruksi